A.
Pengertian Pola Asuh
Pengertian
pola asuh dalam keluarga dapat ditelusuri dari pedoman yang dikeluarkan oleh
Tim Penggerak PKK Pusat (1995), yakni usaha orang tua dalam membina anak dan
membimbing anak baik jiwa maupun raganya sejak lahir sampai dewasa (18 tahun).
Sugihartono dkk, (2007) mengatakan
bahwa pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat
konsisten dari waktu kewaktu. Pola asuh yang diterapkan tiap keluarga berbeda
dengan keluarga lainnya. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, dari segi
negatif dan positif. Pola asuh juga dapat memberi perlindungan, dan mendidik
anak dalam kehidupan sehari-hari.
B.
Macam-macam Pola Asuh (Parenting Style)
1.
Pola asuh demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola
asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu
mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu
mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini
juga bersikap realistik terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan
yang melampaui kemampuan anak. Selain itu, orang tua memberikan kebebasan
kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada
anak bersifat hangat. Hak dan kewajiban orang tua dan anak adalah sama dalam
arti saling melengkapi. Anak dilatih untuk bertanggung jawab, dan menentukan
perilakunya sendri agar dapat berdisiplin.
2. Pola asuh Otoriter
Pola
asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya
diikuti dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini bersikap tegas, memaksa,
memerintah, menghukum dan cenderung mengekang keinginan anak. Hukuman mental
dan fisik akan sering diterima oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus
tetap patuh dan disiplin serta menghormati orang-tua yang telah membesarkannya.
Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang
tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Terlebih lagi orang tua tipe ini tidak
mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Hal ini
dapat menyebabkan anak kurang inisiatif, cenderung ragu, dan mudah gugup. Oleh
karena itu, anak yang sering mendapatkan hukuman menjadi tidak disiplin dan
nakal.
3. Pola asuh Permisif
Pola
asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap anak. Orang
tua memberikan kebebasan sebanyak mungkin pada anak untuk mengatur dirinya.
Biasanya pola pengasuhan anak oleh orang tua semacam ini diakibatkan oleh orang
tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau urusan lain yang
akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik. Dengan begitu anak
hanya diberi materi atau harta saja. Anak yang diasuh orang tuanya dengan
metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang perhatian,
merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan sosialisasi yang
buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang lain, dan
lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.
C. Pengertian
Kepribadian
Menurut Atkison,dkk (1996),
kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas, yang menentukan
penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungannya (Sugihartono dkk,2007:46).
Definisi tersebut menunjukkan adanya konsistensi perilaku, bahwa orang
cenderung untuk bertindak atau berpikir dengan cara tertentu dalam berbagai
situasi.
Istilah kepribadian merupakan
terjemahan dari bahasa inggris “personality”.
Secara etimologis, kata personality
berasal dari bahasa latin “persona”
yang berarti topeng. Menurut Gordon W All Port “Personality is the dynamic organization whitin the individual of those
psychophysical system, that determines his unique adjustment to his
environment”.
Menurut bangsa Roma, persona berarti “bagaimana seseorang
tampak pada orang lain”, bukan dari sebenarnya. Aktor menciptakan dalam pikiran
penonton, suatu impresi dari tokoh yang diperankan diatas pentas, bukan impresi
dari tokoh itu sendiri. Dari konotasi kata persona
inilah, gagasan umum mengenai kepribadian sebagai kesan yang diberikan
seseorang pada orang lain diperoleh. Apa yang dipikir, dirasakan dan siapa dia
sesungguhnya termasuk dalam keseluruhan “make up” psikologis seseorang dan
sebagian besar terungkapkan melalui perilaku, karena itu kepribadian bukanlah
suatu atribut yang pasti dan spesifik, melainkan merupakan kualitas perilaku
total seseorang.
D. Pengaruh
Pola Asuh Orang Tua Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak
Anak prasekolah belajar dengan cara
berinteraksi dengan orang lain dengan mencontoh, berbagi dan menjadi teman
baik. Mereka juga mempelajari sikap, nilai, prefensi pribadi dan beberapa
kebiasaan dengan mengikuti contoh, termasuk cara mengenali dan menangani emosi
mereka. Anak prasekolah belajar banyak
dari perilaku orang-orang disekitar mereka. Keluarga adalah kelompok sosial
pertama dengan siapa anak diidentifikasikan, anak lebih banyak menghabiskan
waktunya dengan kelompok keluarga daripada dengan kelompok sosial lainnya.
Anggota keluarga merupakan orang yang paling berarti dalam kehidupan anak.
1. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang Bekerja dan yang
Tidak Bekerja terhadap Pembentukan Kepribadian Anak
Sikap, kebiasaan dan pola perilaku
yang dibentuk selama tahun pertama, sangat menentukan seberapa jauh individu-individu
berhasil menyesuaikan diri dalam kehidupan ketika mereka bertambah tua.
Kenyataan tersebut menunjukkan pentingnya dasar-dasar yang diberikan orang tua
pada anaknya pada masa kanak-kanak. Dasar-dasar tersebutlah yang akan dibawa
sampai masa tua.
Tidak dapat dipungkiri kesempatan
pertama bagi anak untuk mengenal dunia sosialnya adalah dalam keluarga. Di
dalam keluarga untuk pertama kalinya anak mengenal aturan tentang apa yang baik
dan tidak baik. Oleh karena itu, orang tua harus bisa memberikan pendidikan
dasar yang baik kepada anak-anaknya agar nantinya bisa berkembang dengan baik.
Kenyataan
yang terjadi pada masa sekarang adalah berkurangnya perhatian orang tua
terhadap anaknya karena keduanya sama-sama bekerja. Hal tersebut mengakibatkan
terbatasnya interaksi orang tua dengan anaknya. Keadaan ini biasanya terjadi
pada keluarga-keluarga muda yang semuanya bekerja.
Anak-anak kurang mendapatkan
perhatian dan kasih sayang dari orang tua karena keduanya sama-sama sibuk
dengan pekerjaannya masing masing. Sedangkan anak pada usia ini sangat
mambutuhkan perhatian lebih dari orang tua terutama untuk perkembangan
kepribadian. Anak yang ditinggal orang tuanya dan hanya tinggal dengan seorang
pengasuh yang dibayar orang tua untuk menjaga dan mengasuh, belum tentu anak
mendapatkan pengasuhan yang baik sesuai perkembangannya dari seorang pengasuh.
Anak yang ditinggal kedua orang
tuanya bekerja cenderung bersifat manja. Biasanya orang tua akan merasa
bersalah terhadap anak karena telah meninggalkan anak seharian. Sehingga orang
tua akan menuruti semua permintaan anak untuk menebus kesalahanya tersebut
tanpa berfikir lebih lanjut permintaan anak baik atau tidak untuk perkembangan
kepribadiaan anak selanjutnya. Kurangnya perhatiaan dari orang tua akan
mengakibatkan anak mencari perhatian dari luar, baik dilingkungan sekolah
dengan teman sebaya ataupun dengan orang tua pada saat mereka di rumah. Anak
suka mengganggu temannya ketika bermain, membuat keributan di rumah dan
melakukan hal-hal yang terkadang membuat kesal orang lain. Semua perlakuan anak
tersebut dilakukan hanya untuk menarik perhatian orang lain karena kurangnya
perhatian dari orang tua.
Sedangkan
orang tua yang tidak bekerja di luar rumah akan lebih fokus pada pengasuhan
anak dan pekerjaan rumah lainnya. Anak sepenuhnya mendapatkan kasih sayang dan
perhatian dari orang tua. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan anak menjadi
kurang mandiri, karena terbiasa dengan orang tua. Segala yang dilakukan anak
selalu dengan pangawasan orang tua. Oleh karena itu, orang tua yang tidak
bekerja sebaiknya juga tidak terlalu over protektif. Sehingga anak mampu untuk
bersikap mandiri.
2.
Pengaruh Pola Asuh Orang Tua yang
Berpendidikan Tinggi dan Berpendidikan Rendah Terhadap Pembentukan Kepribadian
Anak
Latar belakang pendidikan orang tua mempunyai pengaruh yang besar terhadap
pembentukan kepribadian anak. Orang tua yang mempunyai latar belakang
pendidikan yang tingi akan lebih memperhatikan segala perubahan dan setiap
perkembangan yang terjadi pada anaknya. Orang tua yang berpendidikan tinggi
umumnya mengetahui bagaimana tingkat perkembangan anak dan bagaimana pengasuhan
orang tua yang baik sesuai dengan perkembangan anak khususnya untuk pembentukan
kepribadian yang baik bagi anak. Orang tua yang berpendidikan tinggi umumnya
dapat mengajarkan sopan santun kepada orang lain, baik dalam berbicara ataupun
dalam hal lain.
Berbeda dengan orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang
rendah. Dalam pengasuhan anak umumnya orang tua kurang memperhatikan tingkat
perkembangan anak. Hal ini dikarenakan orang tua yang masih awam dan tidak
mengetahui tingkat perkembangan anak. Bagaimana anaknya berkembang dan dalam
tahap apa anak pada saat itu. Orang tua biasanya mengasuh anak dengan gaya dan
cara mereka sendiri. Apa yang menurut mereka baik untuk anaknya. Anak dengan
pola asuh orang tua yang seperti ini akan membentuk suatu kepribadian yang
kurang baik.
3. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dengan Tingkat Ekonomi
Menengah Keatas dan Menengah Kebawah
Permasalahan
ekonomi dalam keluarga merupakan masalah yang sering dihadapi. Tanpa disadari
bahwa permasalahan ekonomi dalam keluarga akan berdampak pada anak. Orang tua
terkadang melampiaskan kekesalan dalam menghadapi permasalahan pada anak. Anak
usia prasekolah yang belum mengerti tentang masalah perekonomian dalam keluarga
hanya akan menjadi korban dari orang tua.
Dalam pola
asuh yang diberikan oleh orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah keatas
dan orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah berbeda. Orang tua
yang tingkat perekonominnya menengah keatas dalam pengasuhannya biasanya orang
tua memanjakan anaknya. Apapun yang diinginkan oleh anak akan dipenuhi orang
tua. Segala kebutuhan anak dapat terpenuhi dengan kekayaan yang dimiliki orang
tua. Pengasuhan anak sebagian besar hanya sebatas dengan materi. Perhatian dan
kasih sayang orang tua diwujudkan dalam materi atau pemenuhan kebutuhan anak.
Anak yang
terbiasa dengan pola asuh yang demikian, maka akan membentuk suatu kepribadian
yang manja, serba menilai sesuatu dengan materi dan tidak menutup kemungkinan
anak akan sombong dengan kekayaan yang dimiliki orang tua serta kurang
menghormati orang yang lebih rendah darinya.
Sedangkan
pada orang tua yang tingkat perekonomiannya menengah kebawah dalam cara
pengasuhannya memang kurang dapat memenuhi kebutuhan anak yang bersifat materi.
Orang tua hanya dapat memenuhi kebutuhan anak yang benar-benar penting bagi
anak. Perhatian dan kasih sayang orang tualah yang dapat diberikan.
Anak yang
hidup dalam perekonomian menengah kebawah terbiasa hidup dengan segala
kekurangan yang dialami keluarga. Sehingga akan terbentuk kepribadian anak yang
mandiri, mampu menyelesaikan permasalahan dan tidak mudah stres dalam
menghadapi suatu permasalahan.dan anak dapat menghargai usaha orang lain.
Pada
kenyataannya terdapat juga anak yang minder dengan keadaan ekonomi orang tua
yang kurang. Oleh karena itu, peran orang tua dalam hal ini sangat penting.
Orang tua harus menyeimbangkan dengan pendidikan agama pada anak. Sehingga anak
mampu mensyukuri segala yang telah diberikan oleh sang Pencipta.






No comments:
Post a Comment